VIVAnews - Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Karen Agustiawan membela perusahaannya yang dianggap tidak mampu bersaing dengan perusahaan minyak asal Malaysia, Petronas. Bahkan, dengan nada tinggi dia meminta masyarakat menilai membuat matriks perbandingan sebelum menilai Pertamina kalah dari perusahaan negeri Jiran itu.
"Saya malah tanya balik, apakah anda sudah membuat matrik pebandingan," kata Karen menjawab pertanyaan wartawan yang mempertanyakan target Pertamina menjadi perusahaan dunia dalam Konferensi Pers Pelantikan Direksi Baru Pertamina di Kantor Pusat Pertamina, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Jumat, 19 Februari 2010.
Karena menegaskan, Pertamina sebetulnya bisa menjadi perusahaan yang sejajar bahkan melebihi Petronas jika saja fasilitas yang diberikan pemerintah Indonesia sama dengan langkah yang dilakukan Malaysia. "Saya bahkan yakin Pertamina lebih besar dibandingkan Petronas," katanya disambut tepuk tangan hadirin.
Lebih lanjut Karen bahkan menandaskan bahwa jika manajemen Pertamina diberikan kesempatan untuk menjadi direksi di Petronas, maka BUMN perminyakan asal Malaysia itu akan berkembang jauh lebih besar.
Dirut Pertamina yang menggantikan Ari Soemarno tersebut juga mengaku kecewa karena selama ini penghargaan terhadap kinerja Pertamina lebih banyak diberikan oleh pihak asing dibandingkan dalam negeri.
Salah satu penghargaan yang dimaksud adalah pengakuan kemampuan Pertamina sebagai satu-satunya perusahaan minyak di dunia yang mampu meningkatkan produksi minyak selama 2009.
Penghargaan lain dari luar negeri diberikan oleh pemerintah negara Nigeria. Salah satu negara di Benua Afrika tersebut mengaku ingin belajar dari Pertamina terkait keberhasilan perusahaan tersebut melakukan konversi bahan bakar minyak (BBM) masyarakat menjadi gas. "Ini semua bentuk penghargaan pihak luar negeri kepada Pertamina," kata dia.
Berdasarkan pengamatan VIVAnews, bukan kali ini saja Dirut Pertamina tersebut meradang ketika banyak pihak menilai Pertamina yang kalah dari Petronas.
Dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR beberapa waktu lalu, sejumlah anggota DPR juga menilai Pertamina masih kalah dibandingkan Petronas. Padahal perusahaan asal Malaysia tersebut belajar bisnis perminyakan kepada Pertamina.
Dalam pertemuan tersebut, Karen menjelaskan bahwa perbandingan antara Pertamina dan Petronas tidak bisa begitu saja dilakukan. Petronas, lanjutnya, semenja berdiri hingga saat ini tidak pernah dikenakan dividen oleh pemerintah. Hal tersebut berbeda dengan Pertamina yang dikenakan dividen oleh pemerintah hingga 50 persen dari laba bersih perusahaan.
Padahal, jika saja pemerintah tidak menarik dividen dari Pertamina, manajemen yakin bisa melakukan investasi dalam jumlah sangat besar bahkan melakukan ekspansi hingga luar negeri.