Whooila!
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Whooila!

Whooila! adalah tempat ngobrol santai
 
IndeksIndeks  Latest imagesLatest images  PendaftaranPendaftaran  Login  
Belum terdaftar di Forum Whooila! [Daftar Sekarang!!] // Mau Liat yang aneh-aneh?? Klik Disini!!

Bagikan
Share | 
 

 Pernah Bangkrut, Kini Menghidupi Warga Sekitar - [Whooila!]

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Go down 
PengirimMessage
cHakeL
[V.I.P Member]
cHakeL

Jumlah posting : 401
Points : 18374
Reputation : 0
Join date : 18.02.10

Pernah Bangkrut, Kini Menghidupi Warga Sekitar Vide
PostSubyek: Pernah Bangkrut, Kini Menghidupi Warga Sekitar   Pernah Bangkrut, Kini Menghidupi Warga Sekitar EmptyWed Apr 07, 2010 12:56 pm

BAMBANG Suryanto tipikal sosok pemilik usaha mikro kecil menengah
(UMKM) yang ulet dan disiplin. Bangkit dari kebangkrutan, sukses
menumbuhkan bisnis seprei dan bed cover.

Suara mesin jahit dan kesibukan para karyawan menyambut kedatangan
harian Seputar Indonesia ke rumah Bambang kemarin pagi. Rumahnya
terletak di kawasan Perumahan Telaga Sakinah, Cibitung, Bekasi, yang
sekaligus dijadikan bengkel usaha. ”Rumah saya adalah tempat usaha
saya," katanya seraya bercanda.

Tak pelak, rumahnya penuh dengan kain-kain bahan pembuat seprei dan bed
cover, termasuk barang yang sudah jadi dan siap dikirim ke pelanggan
dan dipasarkan. Meski waktu masih begitu pagi, kesibukan karyawan
Bambang yang berjumlah 20 orang begitu kentara. Di halaman depan
rumahnya, terlihat karyawan perempuan tengah membuat pola bed cover.
Masuk ke dalam, kesibukan semakin terlihat. Di ruang dapur yang disulap
menjadi tempat pemotongan kain untuk seprei dan bed cover, beberapa
karyawan lakilaki sibuk memainkan guntingnya memotong bagian kain
menjadi bentuk yang siap diubah menjadi seprei atau bed cover.

”Karyawan saya sebagian besar adalah warga sekitar perumahan. Saya
berusaha memberdayakan mereka, terutama ibu-ibu agar bisa menambah
penghasilan keluarga," terang Bambang. Menurut Bambang, sejak dia
terjun langsung menekuni usaha seprei dan bed cover, jumlah karyawannya
terus meningkat. Dari awalnya hanya bisa dihitung dengan jari, kini
mencapai 20 karyawan. Salah satu kunci sukses usaha yang dikembangkan
Bambang adalah memperlakukan karyawan seperti keluarga sendiri. ”Segala
kebutuhan mereka dari tidur dan makan kami tanggung. Sistem
pembayarannya pun borongan. Siapa yang mengerjakan banyak dia akan
dapat banyak. Itu untuk memotivasi mereka," tuturnya. Bambang ingin, ke
depannya semakin banyak karyawan yang mampu dia rekrut dari lingkungan
sekitar.

Semakin banyak orang yang bekerja dengannya, Bambang mengaku semakin
senang. ”Meski usaha saya belum seberapa, tapi kalau mampu menyediakan
lapangan kerja bagi orang lain, rasanya kok senang," ujarnya. Tapi,
jangan dikira jalan ayah dua anak ini hingga menjadi seperti sekarang
semulus yang dibayangkan. Asam garam kehidupan pernah dirasakan
Bambang. Mantan pekerja di bidang tekstil ini bahkan sempat mengalami
kebangkrutan. Awalnya, suami dari Sutiah ini hanyalah karyawan biasa di
industri pertekstilan. Belasan tahun dia mengabdi di perusahaan milik
investor asal China, hingga suatu saat perusahaannya memilih hengkang
dari Indonesia. ”Waktu itu saya ditawari untuk ikut ke China, tapi saya
pikirpikir risikonya terlalu tinggi, sementara usia saya sudah 40
tahunan," tutunya.

Singkat cerita, jalan PHK-lah yang ditempuh Bambang Mengalami PHK di
usia yang tidak muda tentu menjadi pilihan sulit. Namun, justru pada
saat terdesak itu mengantarkan Bambang semakin kreatif dan tertantang.
Tak ingin berlama-lama berpangku tangan, dia pun memilih mencoba
mendirikan usaha keramik. Bambang mengaku, selama menjalani usaha
keramik, kerap mondar-mandir ke luar kota, seperti Yogyakarta dan
Semarang, untuk mencari pasar dan bahan baku keramik. Usahanya memang
sempat menyembulkan harapan. Beberapa order dan pesanan mulai datang.
Bambang yang awalnya tak yakin dengan pilihannya, mengingat latar
belakangnya di bidang pertekstilan, semakin mantap dengan usaha keramik
yang dijalankannya.

Malah, nasihat sang istri agar Bambang menggeluti usaha yang sesuai
bidangnya saja yakni pertekstilansempattakdigubris. ” Waktu itu saya
sedang yakin usaha keramik saya bakal mulus," katanya. Mujur tak dapat
diraih, malang tak dapat ditolak. Usaha keramik Bambang ternyata tak
bertahan lama. Usahanya mengalami kehancuran. Bambang bangkrut. Modal
yang sudah dikeluarkan pun raib. ”Saat itu saya benarbenar jatuh,"
lirihnya. Beruntung Bambang memiliki istri setegar dan sehebat Sutiah.
Di saat suaminya dirundung masalah, Sutiah tetap mendampingi dengan
sabar. Malah, Sutiah kembali menghembuskan ide untuk menerjuni usaha di
bidang tekstil. Kebetulan, selama Bambang menjalankan bisnis keramik,
Sutiah secara diam-diam mulai mengembangkan usaha pembuatan seprei dan
bed cover. Jalan telah dibuka. Kali ini Bambang pun tak kuasa menolak
ajakan sang istri.

”Pada 2005, setelah saya mengalami kebangkrutan, saya mulai secara
total menerjuni bisnis ini," paparnya. Kini, setelah lima tahun
berjalan, usaha Bambang tengah menemukan momentumnya. CV Surya
Jamarindo dengan produk dagangnya ”Nice Sleep” semakin berkibar. Surya
Jamarindo sendiri diambil dari nama belakang Bambang dan nama ayahnya.
”Supaya tetap mengingat jasa orang tua," kata Bambang tentang nama
perusahaannya itu. Produk seprei dan bed cover ”Nice Sleep” sekarang
sudah merambah ke mana-mana. Dengan harga jual Rp 85. 000 untuk seprei
dan Rp260. 000 untuk bed coverberukuran 180 X 200 cm, produknya
diterima dengan baik di masyarakat. ”Selain jual eceran, kami juga jual
dalam partai besar," terangnya.

Tak hanya memproduksi merek dagang sendiri, CV Surya Jamarindo juga
menerima pesanan dari pihak luar, seperti seprei untuk hotel atau untuk
pelanggan lain dengan merek dagang sendiri. Bambang menjamin, produk
buatannya memiliki kualitas tinggi karena menggunakan bahan terbaik.
”Rata-rata adalah bahan katun," ujarnya. Diferensiasi produk juga terus
dilakukan Bambang. Tak hanya fokus dengan pembuatan seprei dan bed
cover, Bambang juga melirik produk lain yang digemari di pasaran. CV
Surya Jamarindo mengeluarkan produk-produk dengan istilah menggelitik
seperti ”balmut” (bantal selimut)," gulmut” (guling selimut), serta
bantal cinta. Dalam pengembangan produk ini kata Bambang, peran sang
istri begitu dominan.

Menurut Bambang, istrinyalah yang memiliki kepekaan terhadap pasar dan
memiliki keterampilan membuat desain. ” Urusan desain dan pasar, istri
saya yang paling berperan," katanya. Produk-produk seperti ”balmut”,"
gulmut”, dan bantal cinta ternyata diterima pasar dengan baik, terutama
anak muda. Biasanya anak-anak muda memanfaatkan produk itu sebagai
teman dalam perjalanan atau sebagai pemanis di tempat tidur mereka.
Kendati demikian, tantangan ke depan bukannya tidak ada, malah semakin
berat. Terutama seiring masuknya produk serupa dari China. Dengan harga
lebih murah, produk serupa dari China biasanya banyak diburu konsumen
dalam negeri. Untuk menghadapi tantangan tersebut, Bambang yang mengaku
omzetnya kini mencapai Rp200 juta per bulan berusaha menaikkan
produksinya agar bisa bersaing dengan produk China dan produk sejenis
dari Tanah Air.

Produksi seprei Bambang kini mencapai antara 6. 000–8. 000 set per
bulan. Sedangkan untuk bed cover mencapai 2. 000–3. 000 set per bulan.
Kapasitas produksi itu ingin dia naikkan menjadi 30. 000 set per bulan,
terutama untuk produk seprei. Bambang yakin keinginannya menaikkan
kapasitas produksi dapat terpenuhi mengingat dia sudah mendapat
penawaran kerja sama dari dua perusahaan besar di kawasan Jakarta.
”Semakin besar usaha ini, semakin banyak pula lapangan kerja yang dapat
kami sediakan," begitulah harapnya
Kembali Ke Atas Go down
 

Pernah Bangkrut, Kini Menghidupi Warga Sekitar

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Kembali Ke Atas 
Halaman 1 dari 1

Permissions in this forum:Anda tidak dapat menjawab topik
Whooila! :: Bla Bla Bla :: Warung Kopi-


Free forum | ©phpBB | Free forum support | Report an abuse | Latest discussions