Oleh: Radinal Mukhtar
Setelah makan malam, tampak semua anggota keluarga Jodi bersantai ria. Bapaknya membaca koran. Ibu dan adik perempuannya menonton TV. Dan ia sedang asyik ber-sms ria dengan temannya. Beberapa menit, masing-masing orang menikmati apa yang ia kerjakan.
“Ma! Foto-foto Papa waktu kuliah dulu diletak dimana ya?”
“Mau diambilin, Pa? Di lemari kamar!”
“Iya… Papa mau lihat fotonya teman. Tulisannya muncul di koran hari ini!”
Ibu Jodi pun bergerak meninggalkan adik perempuannya menonton TV sendirian. Masuk ke kamar, dan beberapa saat kemudian keluar dengan beberapa kotak sepatu. Setelah dibuka, ternyata isi kotak sepatu itu adalah foto-foto kenangan keluarga Jodi. Foto semenjak ayah ibunya masih menempuh bangku kuliah dahulu, pacaran dan akhirnya menikah. Memori yang sangat memikat.
Melihat kedua orang tua mereka asyik melihat-lihat foto kenangan, Jodi dan adik perempuannya pun tak tahan untuk mendekat dan melihat foto-foto yang sebagian kertasnya telah menguning. Membolak-balik lembaran demi lembaran foto. Bertanya jika tak tahu siapa yang ada dalam foto. Dan begitu seterusnya.
Hingga Jodi melihat kedua orang tuanya sedang menggendong seorang bayi dengan bangga di hadapan keluarganya. Jodi tak tahu itu siapa. Lantas ia bertanya, “Ini siapa, Pa?”. Bapaknya meminta lembaran foto tersebut. Melihat sebentar dan berkata, “Ini Jodi kan, Ma?”. Dan ibu Jodi pun menjawab, “Ya!”
“Kami begitu bangga ketika melahirkanmu Jod! Karena banyak orang mengira kami pasangan yang tidak serasi!”
Jodi tak ingin bertanya kenapa banyak orang mengira bahwa kedua orang tuanya bukan pasangan yang serasi. Ia menikmati betul foto tersebut. Sebuah kebanggaan sendiri dapat menjadi anak yang dibanggakan oleh kedua orang tua dimasa kecil.
“Karena itulah, Papa harap kamu benar-benar bisa membanggakan kami!”
* * *
Waktu terus berputar. Takkan pernah peduli apakah kita telah menggunakannya dengan efektif atau masih terus menyia-nyiakannya. Tak terasa, tahun 2009 akan segera berakhir. Sehingga kita akan memasuki tahun baru yang akan menandakan bahwa umur kita pun terus bertambah.
Jika demikian kenyataannya, ada baiknya pernyataan Bapaknya Jodi diatas kita jadikan sebuah renungan. “Karena itulah. Papa harap kamu benar-benar bisa membanggakan kami!” Sebuah kata yang begitu menggetarkan jiwa jika kita bisa mengambil intinya. Orang tua, bagaimana pun bentuk dan kondisi kita ketika terlahir, begitu bangga menyambut kelahiran kita. Walaupun kita teriak menangis, mereka tertawa bangga akan lahirnya buah hati pernikahan mereka. Dan pertanyaannya kini, “Apa yang membuat mereka tetap bangga akan kelahiran kita?”
Untuk itulah kiranya, perlu mengadakan refleksi akhir tahun tuk menyusun resolusi tahun baru. Mengevaluasi yang kurang, tuk memperbaikinya di tahun yang akan datang. Mempertahankan yang telah baik, dan menyempurnakan yang masih kurang. Dengan demikian, kelak, diharapkan, kita dapat menjawab dengan penuh percaya diri pertanyaan tersebut diatas!
Sekali lagi, mari menjawab, “Apa yang membuat orang bangga akan kelahiran kita?”