Jakarta - Ulah seorang guru SMPN 6 Kota Probolinggo yang memaksa muridnya makan kapur tulis, mendapat respon dari sejumlah anggota DPRD Kota Probolinggo. Anggota dewan menganggap, perbuatan seorang tenaga pendidik itu sangat tidak manusiawi.

"Kejadian itu sudah tidak sewajarnya. Sama saja ada seorang disuruh makan rumput, itu kan sudah tidak manusiawi namanya," ujar Abdul Aziz, anggota Komisi I, saat dihubungi detiksurabaya.com di kantor DPRD Kota Probolinggo, Jumat (19/2/2010).

Hukuman yang diberikan oleh guru Diana Djahra dengan memaksa muridnya makan kapur tulis gara-gara tidak mengerjakan PR, kata Abdul Aziz, bukan sebuah pelajaran yang mendidik terhadap murid. Melainkan telah mencoreng dunia pendidikan. "Itu bukan cara yang mendidik dan tidak mengandung edukatif," sambung dia.

Melihat kejadian dan perilaku seorang guru yang dinilai tidak manusiawi itu, Abdul Aziz mendesak Diknas Kota Probolinggo agar melakukan evaluasi dan tindakan tegas. "Ini masalah martabat kemanusiaan. Diknas harus melakukan tindakan tegas," tandasnya.

Abdul Aziz berjanji, pihaknya akan membicarakan masalah ini di komisinya. "Kita akan bahas masalah ini di komisi nanti," kata politisi dari PKB itu.

Sementara itu, Kepala Diknas Kota Probolinggo, Maksum Subani, saat dikonfirmasi menjelaskan, jika pihaknya akan melakukan cros cek di lapangan. "Kita akan cros cek di sekolah SMPN 6 nantinya. Apa benar ada seorang guru yang melakukan pemaksaan terhadap muridnya makan kapur tulis," katanya saat dihubungi detiksurabaya.com melalui telepon.

Seperti diberitakan sebelumnya, gara-gara tak mengerjakan PR pelajaran matematika, seorang siswa bernama Dwi Agung Cahyono (16) dipaksa makan kapur tulis oleh gurunya.

Akibat ulah gurunya itu, korban jatuh sakit dan perutnya mules-mules. Bahkan, ironisnya, korban enggan masuk sekolah lagi karena malu dengan kejadian itu.