PONTIANAK, KOMPAS.com - Ketua DPD Real Estate Indonesia Kalimantan Barat Aries Sanjaya meminta pemerintah untuk mendorong pemanfaatan teknologi di bidang perumahan guna menekan biaya bahan baku yang cenderung terus meningkat yang dapat mengganggu program rumah murah bersubsidi.
"Terutama untuk daerah di luar Jawa seperti Kalimantan karena ketergantungan terhadap kayu sangat tinggi sementara jumlahnya semakin terbatas sehingga harganya mahal," kata Aries Sanjaya saat dihubungi di Pontianak, Jumat.
Ia mencontohkan rangka atap untuk rumah di Kalbar masih menggunakan kayu sebagai bahan utama. Sedangkan di Pulau Jawa, pada umumnya rumah sudah menggunakan baja untuk rangka atap. Namun, lanjut dia, harga baja untuk rangka atap di Jawa lebih murah dibanding di Kalbar. "Kalau diterapkan di Kalbar, bisa-bisa harga rumah bersubsidi melonjak tajam," kata Aries Sanjaya.
Selain itu, bunga untuk kredit pemilikan rumah bersubsidi perlu ditinjau kembali dan disesuaikan dengan kondisi makro ekonomi Indonesia saat ini. "Supaya terjangkau oleh daya beli masyarakat sehingga lebih menggerakkan sektor properti dalam negeri," katanya.
Lahan yang semakin terbatas di perkotaan membuat pengembang perumahan membidik lokasi di kabupaten yang berbatasan dengan kota seperti Kabupaten Kubu Raya dan Pontianak. "Lahan semakin sulit di daerah kota, sehingga mau tidak mau harus bergeser ke daerah pinggiran," kata dia.
Aries Sanjaya mengatakan, REI Kalbar menargetkan anggotanya dapat membangun antara 3.000 unit hingga 5 ribu unit rumah dengan fokus pasar menengah ke bawah. Sedangkan di periode Januari - Mei 2010, yang terbangun antara seribu unit dan dua ribu unit.