Havana - Aktivis Kuba yang menjadi tahanan politik Orlando Zapata, meninggal dunia di rumah sakit. Dia mogok makan dan menghembuskan nafas terakhir pada hari ke-85.
Para oposisi politik menuduh pemerintahlah yang seharusnya bertangggung jawab atas kematian pria malang tersebut.
Juru bicara rumah sakit Hermanos Ameijeiras Havana mengatakan, pria 42 tahun tersebut dikirim dari klinik penjara pada Senin 22 Februari kemarin. Zapata kemudian meninggal pada hari Selasa pukul 01:00 siang waktu setempat. Demikian seperti dikutip AFP, Rabu (24/2/2010).
Zapata ditahan sejak 2003, dan dia dianggap sebagai tahanan politik (Prisoner of conscience) oleh Amnesti Internasional. Zapata melakukan mogok makan untuk memprotes kondisi penjara yang telah menyebabkan kondisi kesehatannya memburuk.
"Pergerakan ini bukanlah untuk mencari martir," ujar pimpinan kelompok oposisi Gerakan Kemerdekaan Kristian (Christian Liberation Movement). "Zapata meninggal karena mempertahankan kemerdekaannya, hak dan harga diri bagi semua masyarakat Kuba," imbuhnya.
Hector Palacios, salah satu tahanan yang juga dihukum pada 2003 sempat bertemu dengan Zapata di penjara. Hector mengatakan, semua orang marah, semua bangsa berduka. Untuk menghormati Zapati, dia mengajak masyarakat untuk melakukan puasa bersama.
Zapata dijatuhi hukuman pada 2003 karena melakukan tindakan politik yang dianggap oleh partai komunis, yang memimpin di negara tersebut, sebagai perbuatan yang tercela.
Zapati dan 75 rekan lainnya dijatuhi hukuman yang sama, tapi ketika di penjara hukumannya bertambah 25 tahun pada persidangan berikutnya.
Pemerintah sendiri membantah telah menahan para tahanan politik, mereka menyebutnya para tahanan tersebut sebagai "orang bayaran" yang menentang pemerintahan. Para aktivis juga mencatat bahwa sekira 200 tahanan politik telah dipenjara oleh negara yang berpenduduk 11 juta itu.