| | All About Dunia Kerja - Panduan untuk Dunia Kerja - [Whooila!] | |
| Pengirim | Message |
---|
belomAda [V.I.P Member]
Jumlah posting : 140 Points : 11032 Reputation : 0 Join date : 19.02.10
| Subyek: All About Dunia Kerja - Panduan untuk Dunia Kerja Thu Feb 25, 2010 1:27 am | |
| Sudahkah Anda Pantas Disebut Pakar? – Model Kompetensi Dreyfus - Spoiler:
Pada 1970, Dreyfus bersaudara melakukan penelitian yang menghasilkan model tingkat pembelajaran keahlian. Mereka menemukan bahwa seiring bertambahnya tingkat kepakaran kita, apa yang terjadi bukanlah sekedar pertambahan wawasan dan keterampilan. Alih-alih, kita juga mengalami perbedaan fundamental pada bagaimana kita merpersepsikan dunia, bagaimana kita menghadapi masalah dan juga pada model berpikir yang kita bentuk dan pilih untuk gunakan. Kita semua tidak bisa disebut sebagai ‘amatir’ atau ‘pakar’ atas segala hal. Kita sesungguhnya berada pada salah satu pada tahap dreyfus untuk ranah keterampilan tertentu. Anda bisa jadi amatir dalam memasak tapi jagoan di bidang programming, atau sebaliknya. Jika Anda ingin mengukur tingkat keahlian demi kepentingan rencana pemberian kontribusi, perencanaan karir atau untuk minta naik gaji, mari kita cermati sama-sama deskripsi tentang tingkatan kepakaran berikut ini. Tahap Pertama: Amatir (Novice)Amatir, secara definisi, hanya punya sedikit sekali atau bahkan sama sekali tak punya pengalaman sebelumnya terkait ranah keterampilan tertentu. “Pengalaman” di sini artinya untuk melakukan skill tertentu ini masih butuh perubahan dalam berpikir. Sehingga jika semisal ada seorang developer (programmer) membuat klaim bahwa dia telah miliki pengalaman 10 tahun, namun realitasnya dia hanya punya setahun saja pengalaman yang lalu direpitisi sebanyak sembilan kali, maka itu tidak terhitung sebagai “pengalaman” yg kita maksud di sini. Maka sekarang mari kita mengevaluasi, “Apakah sudah betul hitungan kepakaran kita? Apakah kita hanya sekedar merepetisi pengalaman hingga beberapa kali?” Para amatir begitu resah dengan kemampuan mereka untuk bisa berhasil: dengan sedikitnya pengalaman yang dipunya, mereka tak ada gambaran pasti terkait apakah yang mereka lakukan bakal berhasil. Para amatir pada dasarnya tidak benar-benar ingin belajar; mereka Cuma ingin merampungkan atau mencapai target pragmatis. Saya semisal, sampai sekarang masih tidak paham tentang urusan pajak dan juga tidak mau tahu. Yang penting urusan beres. Maka yang awam seperti ini biasanya tak tahu bagaimana cara menyikapi kesalahan, sehingga rawan jadi bingung manakala tiba-tiba kondisinya berjalan di luar rencana. Namun mereka bisa cukup efektif manakala diberikan panduan untuk diikuti, yakni semisal dalam bentuk “Pokoknya kalau X terjadi, lakukan saja Y.” Dengan kata lain, mereka butuh yang namanya resep. Pernahkah Anda mengajari orang untuk membuat surat undangan di microsoft word? Bagi yang pakar, ketika ditanya bagaimana caranya, dia mungkin akan menjawab dengan, “Ya tinggal cari aja templatenya di bagian new document, lalu terjemahkan dan rapikan kalimatnya. Beres.” Tapi bergantung pada tingkat keamatiran orang yang hendak Anda ajari, bisa bisa Anda harus membuat panduan seperti berikut: [INDENT] * Pertama pastikan dulu apakah komputernya sudah menyala. * Jika komputer tidak bisa menyala, pastikan dulu apakah colokan listriknya sudah terpasang. * Begitu komputer menyala, maka tunggu sampai ada tampilan login. Untuk login, pilih user guest dengan klik kiri. * Dst[/INDENT] Kalau begini kapan selesainya? Tapi memang untuk amatir Anda memang harus membuat panduan semacam itu kan? Entah untuk urusan membuat daftar isi otomatis di microsoft word atau mengisi setrum aki mobil, jika memang untuk amatir, memang harus ada panduan step by step. Namun sampai batas tertentu, kita harus berhenti medefinisikan secara eksplisit karena bagaimanapun susah untuk membuat jabaran sampai sedetail-detailnya. Tahap 2: Amatiran Tingkat Lanjut (Advanced Beginners)Begitu tahap amatir terlampaui, seseorang mulai melihat masalah dari cara pandang Amatiran Tingkat Lanjut, atau kita singkat saja ATL. ATL mulai bisa melepaskan dirinya dari panduan fix dan melakukan sendiri task tertentu, tapi tetap saja punya kesulitan untuk urusan troubleshooting. Mereka butuh informasi secara cepat. Misal saja seseorang yang sedang mempelajari aplikasi baru semacam autocad atau MYOB, maka yang dia lakukan adalah scanning dari buku panduan untuk menemukan apa persisnya yang dia butuhkan. Dia tidak mau diribeti dengan teori yang panjang dan apa-apa yang bersifat basic lagi. ATL bisa mulai menggunakan nasehat di konteks yang tepat, berdasarkan situasi serupa yang telah mereka jalani baru-baru ini saja. Dan meskipun mereka sudah bisa membuat kaidah versi mereka sendiri, tapi dari mereka tidak ada yang namanya ‘the big picture’. Mereka tidak punya pemahaman yang holistik dan juga belum menginginkannya. Jika kita memaksakan kepada mereka konteks yang lebih besar pada orang-orang ATL, mereka amat bisa jadi menganggapnya tidak relevan bagi mereka. Contohnya begini; pernahkan ikut rapat di mana para bos menunjukkan chart/grafik tentang proyeksi penjualan perusahaan dan semacamnya. Atas informasi ini, para karyawan yang kurang berpengalaman biasanya tak tertarik dan bahkan menganggap informasi itu tidak relevan dengan pekerjaan mereka. Padahal tentu saja itu sangat relevan dan bisa menentukan apakah karyawan yang bersangkutan akan tetap bisa digaji setahun mendatang. Tapi karyawan itu tak akan bisa melihat kaitannya manakala dia masih berada di level keterampilan yang rendah. Tahap 3: Kompeten (Competent)Pada tahap ketiga, praktisioner sudah bisa mengembangkan model konseptual atas ranah masalah dan bekerja dengan model tersebut secara efektif. Mereka bisa memecahkan masalah (troubleshoot) sendiri dan mulai ada gambaran bagaimana memecahkan masalah yang masih baru bagi mereka. Mereka sudah mulai bisa mencari dan menerapkan nasehat dari para pakar serta menggunakannya secara efektif. Tidak sekedar mengikuti panduan yang ada, sang Kompeten sudah berkemampuan untuk mencari sendiri masalahnya apa dan lalu memecahkannya. Kerja mereka didasarkan atas perencanaan sengaja dan pengalaman masa lalu. Namun mereka masih kurang punya pengalaman untuk bisa menentukan detail manakah yang harus difokuskan pada problem solving. Orang-orang seperti ini biasanya menjadi pimpinan dalam tim (baik formal maupun tidak). Mereka bisa memandu para amatir dan mereka sudah bisa mandiri tanpa banyak mengganggu para pakar. Namun mereka belum punya kemampuan untuk lakukan refleksi dan koreksi diri, yang merupakan kemampuan dari tahap berikutnya: fasih. Tahap 4: Fasih (Proficient)Praktisi yang fasih membutuhkan gambaran besar. Mereka akan mencari dan ingin mengetahui framework konseptual lebih besar di seputar keahliannya. Mereka bisa jadi akan merasa tak puas hingga jengkel dengan informasi yang terlalu mendasar. Sehingga jika membantu orang seperti ini via telpon terkait masalah teknis dengan komputernya, jangan sekali-kali menanyakan apakah colokan listriknya sudah terpasang. Itu hanya akan membuat dia gemes atau jengkel. Praktisi yang fasih sudah bisa memperbaiki performa buruk mereka sebelum-sebelumnya. Mereka bisa merefleksi apa-apa yang telah dilakukan dan merevisi pendekatan mereka untuk bisa berperforma lebih baik di masa depan. Namun di tahapan ini, bentuk-bentuk self-improvement masih belum dimungkinkan. Praktisi yang fasih sudah bisa belajar dari pengalaman orang lain. Mereka belajar dari studi kasus, belajar dari obrolan teman-teman tentang cerita orang lain, mengamati dan belajar dari apa-apa yang orang lain lakukan, dan juga belajar dengan baik dari cerita, meskipun dia tidak mengalaminya sendiri. Mereka juga sudah berkemampuan untuk memahami dan mengaplikasikan maxims, yakni aturan umum untuk diaplikasikan pada kasus yang dihadapi dalam konteks tertentu. Semisal saja, ketika seorang juru masak fasih menemukan arahan, “Untuk dapatkan hasil terbaik, panggang semua daging yang berasal dari unggas”. Bagi sang amatir, ini adalah resep, dan mereka masih membutuhkan informasi atas “Dipanggang di mana? Berapa lama? Pakai bumbu apa? Daging unggas yg bagian kepala atau paha atau semuanya?” Dan akhirnya mereka pun memanggang dengan cara yang salah. Namun bagi juru masak yang fasih, semua itu sudah mereka mengerti tanpa perlu didetailkan. Praktisioner yang fasih telah punya pengalaman cukup sehingga mereka tahu apa yang sekiranya akan terjadi berikutnya; dan ketika sesuatu berjalan tidak sesuai rencana, mereka tahu apa yang perlu dilakukan untuk menyikapinya. Mereka juga tahu rencana manakah yang perlu dibuang dan mana yang perlu diterapkan sebagai gantinya. Tahap 5: Pakar (Expert)Akhirnya, di tahap ke-5, adalah tingkatan para pakar. Pakar adalah sumber utama pengetahuan dan informasi di seluruh bidang keilmuan. Mereka adalah orang-orang yang secara terus menerus berusaha mencari metode dan cara yang lebih baik. Mereka telah miliki pengalaman sedemikian luas sehingga mereka bisa mengerti apa-apa yang perlu diterapkan sesuai dengan kontek situasinya masing-masing. Mereka adalah orang-orang yang menulis buku, artikel dan memberi ceramah. Dalam bekerja, sang pakar menggunakan intuisi, bukan dari logika pada umumnya (kita mungkin akan bicarakan tentang intuisi ini di lain waktu). Dan meskipun mereka bisa melakukan hal-hal tertentu bagai sihir, seringkali mereka juga bingung ketika diminta menjlentrehkan atau menjabarkan secara detail langkah per langkah menuju suatu hasil tertentu yang mereka bisa raih. Seolah mereka berkata, “Ya pokoknya saya tahu.” Semisal saja, ada seorang dokter diminta memeriksa pasien yang baru saja check in. Sekilas saja, sang dokter berkata ke perawat, “Menurut saya pasien ini terkena sindrom Blosen-Platt, maka sebaiknya lakukan tes untuk itu.” Sang perawat pun melakukan tesnya, dan benar saja, penilaian sang dokter ternyata akurat. Bagaimana dia bisa tahu? Kita bisa bertanya, tapi mungkin si dokter akan menjawab dengan “Iya, tadi ada yang kelihatan ndak beres dari pasien itu”. Ya jelas saja pasiennya ndak beres, maka itu dia sampai masuk rumah sakit. Tapi bagian mana tepatnya itu? Entah bagaimana, dari sekian banyak pengalaman yang dimiliki, penilaian tersaring, ingatan, dan seluruh serpihan pemikiran di otak sang dokter, kombinasi tertentu dari clues atau petunjuk yang halus membuat sang dokter sampai pada kesimpulannya. Mungkin dari tingkat kepucatan kulit dan bagaimana cara duduk pasiennya – siapa tahu? Ya para pakar yang bisa tahu tentang itu. Para pakar tahu beda antara detail yang tak relevan dan detail yang penting untuk diperhatikan. Mungkin bukan pada tingkat pemikiran sadar, yang jelas para pakar mengetahui detail manakah yang patut untuk diberi fokus dan perhatian dan detail manakah yang bisa secara aman tak dihiraukan. Para pakar punya kemampuan bagus dalam menarget dan memasangkan pola. Lantas, jika sudah tahu demikian, maka sekarang tinggal mengupayakan betul bagaimana agar kita bisa menjadi pakar di bidang apapun yang kita inginkan.
|
| | | belomAda [V.I.P Member]
Jumlah posting : 140 Points : 11032 Reputation : 0 Join date : 19.02.10
| Subyek: Panduan Tes Wawancara utk Program Beasiswa Perguruan Tinggi S1 Thu Feb 25, 2010 1:33 am | |
| Panduan Tes Wawancara utk Program Beasiswa Perguruan Tinggi S1 - Spoiler:
Selama dua tahun berturut-turut, saya dulu menangani tes wawancara bagi penerima beasiswa studi ETOS Republika. Untuknya, saya telah mengembangkan beberapa pernyataan. Jujur saja, manakala ditanyakan ke anak lulusan SMA, tidak semua pertanyaan ini menghasilkan jawaban yang bagus. Karena waktu itu beasiswa yang saya tangani difokuskan kepada siswa pintar yang berasal dari keluarga kurang mampu, maka kriteria utama pun ada di tingkat finansial keluarga. Namun pertanyaan2 yang intinya mengulas tentang kadar potensi dan harapan siswa bersangkutan di masa depan menjadi pertimbangan yang signifikan. Berikut ini adalah sebagian dari daftar pertanyaan yang biasa diajukan pada tes wawancara penerima beasiswa. Bagi Anda calon peserta wawancara, ingat, sang pewawancara bisa membaca kebohongan Anda melalui mata dan sikap tubuh. Maka panduan ini bukanlah dimaksudkan untuk membuat manipuasi jawaban, melainkan sebagai arahan bagaimana bentuk jawaban yang sesuai dengan cerminan diri Anda. Apa yang penting adalah Anda sudah pernah memikirkan jawaban dari pertanyaan2 ini, sehingga di saat wawancara nanti Anda tidak akan menghabiskan terlalu banyak waktu untuk berpikir dan mengolah kata. 1. Apa yang membuat Anda ingin masuk ke ___(nama perguruan tinggi)____ ini?dan tak jarang masuk ke yang lebih spesifik Mengapa Anda memilih jurusan ini? Sang pemberi beasiswa tentunya enggan untuk memberikan beasiswa kepada mereka2 yang merasa salah masuk jurusan, atau masuk karena terpaksa, atau blas ndak punya gambaran tentangnya. Maka jawaban Anda tentang ini mustinya bisa dikisarkan pada kelebihan2 yang dipunyai oleh jurusan bersangkutan, misalkan saja: fasilitas yang lebih, reputasi yang baik, banyaknya org2 berprestasi di sana, kurikulumnya yang baik, dan sebagainya. Lebih jauh lagi, apapun yang membuat Anda terkesan bangga dan punya penghargaan atas jurusan yang Anda pilih akan meningkatkan skor wawancara. Misal: * “Saya ingin menjadi programmer, dan setahu saya (kampus ini) punya jurusan informatika terbaik di Jawa Timur. “ * “Saya suka sekali ilmu biologi, dan saya pikir tak ada tempat yang lebih tepat utk belajar tentang ini kecuali di sini” 2. Menurut Anda, apakah kekuatan terbesar yang Anda miliki?Jawabannya bisa berkisar pada hal-hal terkait mentalitas semisal: * Ketekunan dalam belajar * Kegigihan dalam berupaya mencapai sesuatu * Kedekatan dengan orang tua (yup, ini adl kekuatan) * Keinginan belajar yang tinggi * Hasrat untuk bisa jadi yang terbaik * Semangat kompetitif, baik dengan diri sendiri ataupun dengan orang lain
Dan juga yang terkait dengan keterampilan (skill) atau pengetahuan (knowledge)? “Saya pandai menulis”, “Saya pintar berdebat dalam bahasa inggris”, “Saya punya pengetahuan yang luas tentang otomotif”,”Saya ini orangnya teliti sekali, dan bagus sekali mengangani angka”. Kelebihan dalam bentuk mentalitas bisa Anda gunakan di bidang keilmuan atau jurusan apapun yang Anda pilih, sementara wawasan dan keterampilan spesifik belum tentu bisa digunakan di keprofesian yang Anda pilih. Bergantung juga sih pada kemampuan si pewawancara. Semisal saja: pengetahuan yang besar di bidang otomotif bagaimanapun akan bisa berguna bagi seseorang yang mengambil bidang informatika. Yang jelas apapun jawaban Anda, tugas selanjutnya adalah memberikan jawaban atas pertanyaan lanjutan, “Baik, misalnya seperti apa?” 3. Apa target karir Anda saat ini?dan tak jarang dilanjutkan lagi dengan pertanyaan seperti… Sepuluh tahun lagi, Anda ingin jadi seperti apa? Masih banyak anak SMA yang tak siap dengan jawaban seperti ini, khususnya mereka yang memilih jurusan tertentu karena dorongan orang lain. Maka untuk Anda, yang penting adalah membuat sebuah target. Carilah di google dengan kata kunci “profession for _____ major”, “jobs in (atau for) _____ major”, “career for ____ major” atau “popular jobs for ____ major.” Isi bagian kosong dengan nama bidang, misal biologi, statistika, ataupun yang lain -dalam bahasa inggris tentunya. 4. Tolong ceritakan prestasi atau pencapaian pribadi yang membuat Anda benar-benar bangga.atau dalam bentuk yang spesifik: Tolong sebutkan prestasi akademik terbesar yang pernah Anda raih. atau dalam bentuk lain… Tolong ceritakan tentang salah satu sukses yang pernah Anda raih.
Jika Anda memang tak punya prestasi akademik yang istimewa, maka Anda bisa sampaikan segala bentuk prestasi bahkan yang tak mendapat penghargaan sekalipun. Semisal Anda merasa diri Anda jagoan bahasa mandarin dan sering diminta untuk jadi guide atau bahkan MC. Itu prestasi, tapi tak ada piagam untuk itu. Apapun yang Anda sebutkan, carilah apa-apa yang bisa menggambarkan kesungguhan, kegigihan, ketelatenan dan kesediaan Anda untuk membayar “harga” dari sebuah prestasi atau pencapaian. 5. Anda punya hobi dan ketertarikan?Apapun hobi Anda, manaka di situ Anda bisa menunjukkan tingkat dedikasi Anda dalam menjalani hobi, maka itu akan bisa jadi nilai tambah. Semisal Anda suka pada memasak, dan lalu sebagai wujud dari kecintaan pada memasak, Anda sudah berhasil mempelajari lebih dari seratus resep masakan, dan telah mengikuti beberapa lomba masak, menulis blog tentang memasak, dan sering berinisiatif menawarkan diri menjadi juru masak di acara2 kemasyarakatan di lingkungan tempat tinggal, atau bahkan Anda telah punya resep masakan sendiri. Apapun yang Anda sebutkan, carilah apa-apa yang bisa menggambarkan seberapa tinggi sebuah minat dan ketertarikan bisa mengarahkan Anda pada tingkat prestasi atau kontribusi tertentu. Terkait dengan pertanyaan di atas adalah pertanyaan tentang keterlibatan Anda di kegiatan ekstrakurikuler dan pembelajaran yang Anda dapatkan dari sana. 6. Menurut Anda, mengapa Anda pantas jadi penerima beasiswa ini?Ini tentu adalah pertanyaan gong. Untuk menjawabnya, Anda bisa merangkum dari jawaban2 di atas, misal terkait kelebihan2 Anda dan apa harapan dan target Anda di masa depan. Dan yang penting, Anda bisa mengulas pada aspek2 yang menjadi kriteria bagai program beasiswa tersebut. Dan juga, manakala Anda bisa mencari tahu apa harapan2 dari si -entah perusahaan atau apa- penerima beasiswa, maka itu akan jadi penambah skor yang signifikan. Silahkan Anda cari di internet berita2 yang terkait dengan program beasiswa yang Anda cari itu. Semisal Anda temukan berita tentang penyerahan beasiswa di kampus lain. Anda cari tahu apa-apa sih yang dititipkan oleh perwakilan perusahaan pemberi beasiswa. Maka faktor itulah yang kemudian Anda jadikan bahan untuk menjawab pertanyaan ini. Bahkan sampai pada bahasa-bahasa yang spesifik sekalipun. Misal saja Anda temukan bahwa si pemberi beasiswa ternyata ingin membangkitkan bibit unggul dari daerah-daerah. Maka pada wawancara Anda bisa katakan betapa Anda ingin jadi kebanggaan dari daerah Anda dan di kemudian hari ingin kembali dan memberikan sumbangsih pada daerah, dan sebaiknya Anda tidak berbohong tentangnya. Beberapa pertanyaan lain yang bisa ditanyakan adalah: * Siapa kah yang mempengaruhi hidup Anda dan mengapa? * Tolong ceritakan tentang sebuah kesalahan yang membuat Anda belajar sesuatu darinya. * Pernah kah Anda menghadapi suatu masalah besar? Dan bagaimana Anda menghadapinya? * Apa yang Anda harapkan segera setelah lulus nanti? * Apakah Anda sudah ada gambaran terkait apa2 yang akan Anda lakukan di kampus nanti? Misal apakah Anda ingin aktif di organisasi mahasiswa atau organisasi minat bakat.Dan lalu harap perhatikan hal-hal berikut ini: [color="RoyalBlue"] * Datanglah tepat waktu, dan sewaktu menunggu, sebaiknya Anda tidak membaca komik atau novel. Alih-alih, bawa dan bacalah buku pengembangan diri atau buku yang jadi minat Anda. * Pakai pakaian yang pantas, jangan kenakan pakaian non formal. * Buat kesan awal yang baik. Ketika bertemu pewawancara pertama kali, bahkan sebelum sesi berlangsung, ucapkan salam, jabat tangan secara mantap, dan perkenalkan nama. * Jawaban yang baik bukanlah jawaban yang bertele-tele, ngelantur, atau apapun yang keluar dari lingkup pertanyaan. Ingat si pewawancara bisa jadi akan mengajukan pertanyaan lanjutan. * Bila Anda bingung dan belum miliki jawaban, maka tak mengapa Anda diam sejenakuntuk berpikir. Jangan langsung menjawab bilamana itu malah membuat Anda bicara ngelantur. Malahan, kadang si pewawancara sengaja memberikan pertanyaan susah untuk melihat bagaimana reaksi Anda; sehingga manakala Anda menjawab terlalu cepat, Anda bisa dinilai gegabah dan kurang pertimbangan.
|
| | | belomAda [V.I.P Member]
Jumlah posting : 140 Points : 11032 Reputation : 0 Join date : 19.02.10
| Subyek: Job Interview: “Motivasi Anda?” Thu Feb 25, 2010 1:37 am | |
| Job Interview: “Motivasi Anda?” - Spoiler:
Semenjak Senin hingga Rabu kemaren tempat usaha saya ngadakan rekruitmen karyawan. Di hari terakhir saya menyempatkan diri untuk melongok proses rekruitmen itu dan melihat salah seorang rekan jagoan saya melakukan eksplorasi. Ketika pertanyaan berkisar tentang motivasi diajukan, maka kebanyakan pelamar ungkapkan jawaban standar; Tingkatkan taraf hidup, mencari pengalaman, mencari teman dan relasi, bagian dari ibadah, tingkatkan kualitas diri, naikkan status sosial atau yang lainnya. Biasanya, salah satu jawaban menarik yang bisa kita dapatkan adalah motif yang berkisar pada peningkatan kualitas diri. Ada memang orang2 yang tidak mengemukakan aspek finansial sebagai alasan utama melamar kerja. Mereka punya prinsip bahwa apa2 yang mereka dapatkan hanyalah sebanding dg kualitas & kompetensi diri. Kualitas terkait dg aspek mentalitas, kompetensi terkait dg skill dan knowledge. Mereka meyakini bahwa apa2 yang bisa mereka dapatkan -gaji, tunjangan, ruangan pribadi etc- dari tempat bekerja selalu sepadan kualitas & kompetensi diri. Well, mungkin mereka belum tau tentang politics at work yang bisa mengacaukan itung2an rewards. But still, itu adalah cara pandang yg bagus. Menariknya, konsep ini juga berlaku untuk fenomena orang2 yang mendapatkan uang dari undian berhadiah atau semacamnya. Sebanyak apapun uang instan yang dia dapat, dia hanya bisa mengelola sebatas kapasitas dirinya. Mo dua juta atau dua ratus juta, klo dianya cuman punya wadah untuk mengelola 2 juta, berapapun yang lebih dari dua juta pasti akan habis ke mana-mana. Dan terkait dg ini, maka kemampuan kita dalam mengelola uang-uang kecil memang jd syarat kepantasan utk mengelola uang-uang besar. Para pelamar dengan dasar motivasi di atas adalah tipe yang menarik untuk direkruit, jika mereka memang bersungguh-sungguh dg apa yang mereka maksudkan. Hopefully, mereka bisa efektif dg beragam tantangan kerja yang beritme cepat. Tapi seperti yang sempat saya sentil di post ttg workaholic, bahwa kita punya kecenderungan untuk efektif dg salah satu atau kombinasi dari motif mengejar dan menghindar. Soalnya -berbeda dg yang di atas- ada tipe orang yang mjd efektif dg motivasi menghindar mereka. Jawaban mereka beneran deh ndak muluk2. Setelah mengajukan pertanyaan “mengapa” hingga beberapa kali atas respon awal normatif semisal “Saya ingin mendapat penghasilan tinggi utk tingkatkan taraf hidup”, maka ditemukan bahwa alasan mereka begitu emotional and compulsive. “Saya pengen dapet kerja karena saya malu banget ama teman2 yang udah pada kerja. Saya juga nggak terima karena orang tua saya selalu disindir dan dirasan-rasan para tetangga gara2 saya yang belum juga kerja.” Orang inilah yang menunjukkan tekad alih2 sekedar minat. Dan riil aja, orang2 yang terkesan desperate kayak gini ini yang biasanya lebih ndak rewel dg berbagai ekspektasi tunjangan kesehatan, gaji tetap, status atau yang lain. Merekalah yang bener2 mau terus lanjut biarpun jalannya kasar dan gersang, asalkan emg ada uang di sana. Yang jelas beda lah ama orang yang lembek dan mood2an krn cuma sekedar berminat. Omong2, kita ngaca yuk. Dalam menjalani apa2 pun yang kita lakukan, kita bertekad, atau sekedar berminat Klo masih sering mutungan, berarti cuman sekedar berminat Tapi ada perihal yang patut diwaspadai dari orang2 semacam ini; yakni tingkat stress dan orientasi mental mereka. Orang yang bener2 bokek punya kecenderungan utk memiliki orientasi mental yang berlebihan tentang uang, yang dipikirin cuman uang mulu. I know, I’ve been there. Psikolog Frederick Herzberg menyebut uang sbg “hygiene factor”. Hygiene dalam konteks health preservation. Orang2 kayak gitu, kita juga ding, butuh uang hingga taraf tertentu untuk merasa aman. Klo kita punya uang kurang dari yang dibutuhkan, kita ndak bisa mikir apa2 kecuali uang. Tapi klo kita udah lewati titik ambang, maka kita akan bisa memikirkan perihal2 strategis yang lebih penting. We all know that, don’t we. Dan ini adl issue yang penting untuk kita perhatikan dalam merekruit orang2 dg motif menghindar. Apapun, pelamar yang baik untuk diterima pada dasarnya adalah orang2 dg motif yang sedemikian kompulsif; driven by an irresistible inner force to do something and exerting a powerful attraction or interest (arti kamus dr compulsive).
|
| | | belomAda [V.I.P Member]
Jumlah posting : 140 Points : 11032 Reputation : 0 Join date : 19.02.10
| Subyek: Pertanyaan terkait Latar Belakang Pendidikan pada Tes Wawancara Kerja Thu Feb 25, 2010 1:49 am | |
| Pertanyaan terkait Latar Belakang Pendidikan pada Tes Wawancara Kerja - Spoiler:
Pertanyaan tentang latar belakang pendidikan memang tidak sesensitif pertanyaan terkait pribadi dan keluarga. Tapi ternyata bagian ini masih bisa membuat pelamar kerja tersandung. Kebanyakan orang akan sangat memusingkan ijazah ketika bicara tentang hal ini. Memang benar ijazah itu penting, tapi nyatanya dunia industri kita sudah mulai menyadari bahwa ijazah tidak serta merta merepresentasikan kompetensi. Pun tak perlu minder jika kebetulan Anda bukan berasal dari perguruan tinggi ternama. Apalagi bila Anda tidak bermaksud untuk melamar kerja yang sesuai dengan bidang studi Anda. Bila demikian halnya, sebenarnya justru kurang baik bila Anda berlebihan dalam mencantumkan rangkaian pendidikan formal non-formal yang ternyata kurang relevan dengan posisi yang Anda bidik. Baik, kita sekarang masuk ke skenario tanya jawab seperti biasanya. 1. Jadi Anda dulu kuliah di mana?“Saya kuliah di _______, ______ (nama kota)” 2. Mengapa Anda memilih PT itu?“Saya memilih ______(nama PT) karena atmosfir kompetitif yg ada di sana dan juga reputasi baik yg dimiliki oleh ______ (nama PT). Meskipun saya bisa memilih PT yang lain, _____ (nama PT) amat menekankan kompetensi praktis dan memfasilitasi aktivitas kemahasiswaan yg relevan dengan rencana karier.” (intinya, Anda harus memiliki argumen tentang keunggulan apapun yg PT Anda miliki. Jangan sampai ada kesan Anda masuk ke sana karena terpaksa, meskipun tyt begitu perihal yg sebenarnya. Anda tak boleh biarkan pewancara mengetahuinya. Cepat atau lambat, Anda pasti bisa membaca keunggulan PT Anda; entah dosen2nya yg amat suportif, iklim kemahasiswaan yg amat kondusif, pemfasilitasan prestasi mahasiswa, atau apalah yg lain.) “Kebanyakan teman SMU saya memilih PT atas pilihan orang tua mereka, namun saya berbeda. Saya tetapkan sendiri di mana saya hendak lanjutkan pendidikan. Meskipun biaya kuliah dari PT pilihan saya relatif lebih mahal dari PT yang lain, tapi justru itu malah bisa mendorong saya untuk bekerja lebih keras. Tidak bisa tidak, saya harus berupaya untuk menghidupi diri sendiri. Pada akhirnya saya merasa puas dg keputusan saya, karena pengalaman saya di ____ (nama PT) mengajarkan banyak hal seperti kemandirian, manajemen waktu, dan nilai-nilai kerja keras.” 3. Apakah keluarga Anda memiliki pengaruh dalam menentukan pilihan PT Anda?“Keluarga saya tentu memiliki beberapa saran untuk saya, tapi mereka menyadari bahwa saya telah cukup yakin dengan diri sendri dan sudah tahu apa-apa yang saya inginkan. Sehingga mereka pun memberi keleluasaan pada saya. Mereka sepakat dengan pilihan saya asalkan saya membagikan hasil temuan dan riset saya kepada mereka.” 4. Apa yg membuat Anda memilih jurusan _____ ?Jika Anda merasa bahwa pilihan jurusan Anda relevan dengan posisi yg Anda bidik sekarang: “Sejak dahulu saya telah mengetahui bahwa bidang ____ (sebut saja: informatika, sejarah, atau yg lain) merupakan bidang di mana saya bisa mengembangkan potensi saya secara maksimal, dan saya tetap bertahan di sana karena memang terbukti bahwa pilihan saya benar. Tidak semua orang merasakan keberuntungan seperti yg saya alami; yakni telah mampu membuat rumusan karier sejak usia 18 tahun. Dan saya bersyukur karenanya.” …atau jika Anda di jurusan tertentu tapi melakukan/mempelajari perihal yg lain: “Sewaktu saya berusia 18 tahun, tidak ada yg terlihat lebih penting ketimbang ____ (sejarah, sastra inggris, sebut saja). Dan karena dasarnya saya suka belajar, maka saya pun akhirnya memutuskan untuk mengambilnya. Namun seiring dengan berjalannya waktu, saya sadar bahwa saya perlu ilmu lain untuk membantu saya meniti karir.” 5. Apakah Anda sudah merasa membuat pilihan yg benar?Jika memang iya, dan telah membuat titian karir yg relevan dg bidang keilmuan Anda: “Iya, tentu saja. Sampai sekarang saya masih merasa puas dg pilihan bidang studi dan karir yg saya titi terkait dengannya.” Atau jika Anda model orang yg berpindah-pindah minat ataupun kerja: “Iya, pada waktu itu saya memang merasa telah membuat pilihan yg benar. Saya meyakini nilai dari pendidikan yg telah saya jalani, dan saya terus mencari hal yang lebih dengan melakukan pembelajaran di tempat kerja. Saya cukup merasa bersyukur karena mendapat pengalaman yang kaya di beberapa jenis pekerjaan. Hal itu secara nyata telah meningkatkan kemampuan kreatif dan fleksibilitas saya, karena saya jadi bisa mempelajari pendekatan yg berbeda untuk merampungkan kerja dengan baik.” 6. Bagaimana perkuliahan dan pengalaman magang atau kerja Anda membawa manfaat untuk sekarang?“Pendidikan perkuliahan memberi saya tool untuk meraih sukses. Sementara itu, pengalaman magang mengajarkan saya tentang bagaimana agar bisa merampungkan kerja dengan baik. Saya mendapatkan banyak wawasan dari perkuliahan dan mendapatkan skill untuk menerapkan wawasan itu dari tempat magang dan kerja praktek. Lebih jauh lagi, saya juga mendapatkan kompetensi manajerial dan mentalitas produktif melalui kegiatan organisasi mahasiswa.” “Saya juga mengambil banyak kesempatan untuk melakukan pengembangan diri seperti kuliah tamu, workshop dan seminar. Bahkan ketika perusahaan/orang tua tidak membiayai, saya tetap berusaha mengikuti acara2 pengembangan diri dengan uang pribadi. (klo bisa, sebutkan dua jenis training dg materi atau pemateri terkenal)” 7. Mengapa Anda tidak melanjutkan kuliah?Ini tentunya adl pertanyaan bagi Anda yg drop out dari kuliah. “Ada dua alasan. Yang pertama adl ketidaksabaran saya untuk segera mencari uang alih-alih sekedar belajar tentang teori. Alasan kedua adl saya merasa senang bila bisa aktif dan produktif. Jadi saya bekerja sebagai part-timer untuk mencukupi biaya hidup bulanan saya, dan saya merasa beruntung bisa bekerja di salah satu perusahaan yg mapan & profesional.” “Bos di tempat kerja selalu inginkan yang lebih dari waktu dan bakat-bakat saya. Dalam banyak kasus, saya bekerja di level yang jauh di atas apa-apa yg sedang saya pelajari di perkuliahan. Akhirnya, saya memutuskan untuk drop out pada tahun ke ___ dan mendedikasikan waktu saya secara full time untuk karir. Saya tidak pernah menyesali keputusan saya itu karena saya terus belajar dan bertumbuh di karir dan pekerjaan saya.” 8. Bagaimana nilai mata kuliah Anda?(jika nilai Anda selalu bagus, maka tentu bukan masalah. Tak perlu saya bahas di sini) “Nilai saya tergolong rata-rata, namun saya menghabiskan cukup banyak waktu untuk membuat pencapaian di bidang lain, seperti kerja part-time dan aktivitas kemahasiswaan. Jadi saya dulu pernah menjadi ____, ___, dan terlibat di kepanitiaan besar seperti ___ dan ___. Semua itu memberikan pembelajaran yg amat kaya dalam hal kompetensi manajerial dan mentalitas profesional.” 9. Harap sebutkan tiga hal yang Anda pelajari di perkuliahan yang mana itu kiranya bisa bermanfaat di posisi yg Anda bidik sekarang?“Dari banyaknya mata kuliah yang saya pelajari di kampus, saya melihat bidang yg secara spesifik bisa diterapkan di posisi ini adalah ____, _____, dan ____. Namun sebenarnya saya belajar tidak hanya dari mata perkuliahan, namun juga dari dosen dan rekan-rekan saya. Dari perkuliahan, saya belajar banyak tentang problem solving, bagaimana membuat sebuah sasaran dan kemudian mencapainya, serta bagaimana berkolaborasi dengan orang lain. Seluruh pengalaman yang saya alami selama kuliah sesungguhnya telah memberikan sumbangsih yg amat besar bagi saya.”
|
| | | Admin Administrator
Jumlah posting : 248 Points : 5219 Reputation : 0 Join date : 15.02.10 Lokasi : depan forum Whooila!
| Subyek: All About Dunia Kerja - Artikel Tentang Dunia Kerja Thu Feb 25, 2010 2:17 am | |
| Semua ilmu tentang Dunia Kerja silahkan Share disini. |
| | | deev [V.I.P Member]
Jumlah posting : 207 Points : 17131 Reputation : 0 Join date : 19.02.10 Lokasi : solo
| Subyek: Memulai Usaha Thu Feb 25, 2010 6:01 pm | |
| MEMULAI USAHA DARI SEMULA HARUS SADAR DAN HARUS MAMPU MENGANALISIS SITUASI DIRI DAN SITUASI LINGKUNGAN SECARA CERMAT DAN TEPAT, YAITU :- Spoiler:
* Apakah ada peluang usaha di bidang yang akan dimasuki?
* Apakah anda tahu betul (Tidak sekedar meniru atau ikut-ikutan) Seluk beluk bidang yang akan dimasuki (Cara memulai, membuat, menjual. ,menyimpan, mengambil kredit dan lain-lain? )
* Apakah anda tahu persis siapa pesaing dan calon pesaing anda dalam bidang tersebut? (Berapaka jumlah mereka, berapa persen luas pasar mereka, letak usaha mereka, kemampuan keuangan, pendidikan dan lain-lain? ?
* Apakah adan tahu persis berapa besar pasar ( Jumlah penduduk, letak tinggal mereka, tingkat pendapatan penduduk, perkembangan selera yang anda layani?) * Berapa persen kira-kira yang hendak anda rebut atau layani?
* Anda harus tahu tehnik pembuatan barang yang akan anda buat atau barang yang akan anda jual, Bagaimana kecenderungan teknologi dan teknik pembuatannya? * Apakah cepat berubah? Apakah ada calon pengganti dari jenis produk lain yang lebih baik dan lebih murah?
* Apakah anda tahu persis siapa pensuplai (pembekal) anda (dimana mereka tinggal, berapa jumlah kemampuan minimal dan maksimal, apakah mereka mungkin memberi kredit dan lain-lain? Apakah ada calon pensuplai potensial di tempat lain? Apakah ada tempat mengambil barang yang lain?
* Anda juga ahrus sudah menjajaki dimana atau kepada siapa kemungkinan mendapat pinjaman bagi penambahan modal, berapa bunganya dan apa saja persyaratan mimnimalnya?
* Apakah anda juga mengetahui sumber tenaga kerja, cara mendapatkan tenaga yang akan membantu usaha anda (pendidikanm umur, pengalaman, tempat tinggal dll) ?
* Apakah anda sudah dapat menentukan dimana lokasi usaha anda (menapa di situ, berapa biaya dan apa untung ruginya, apa kelemahan serta peluangnya?
* Apakah anda mengerti seluk beluk peralatan yang anda perlukan (jenisnya, harganya, daya tahannya, kemungkinan penggantian kalau rusak, jenis peralatan pesaing lain?
* Apakah anda juga mengetahui segala peraturan yang menyangkut bidang usaha anda, seperti undang-undang tentang gangguan, izin usaha, pajak, kutipan resmi, Peraturan tata kota, kebersihan, analisis dampak lingkungan dll?
|
| | | Sponsored content
| Subyek: Re: All About Dunia Kerja - Panduan untuk Dunia Kerja | |
| |
| | | | All About Dunia Kerja - Panduan untuk Dunia Kerja | |
|
Halaman 1 dari 1 | |
| Permissions in this forum: | Anda tidak dapat menjawab topik
| |
| |
| |